Mengajar Tanpa Media Teknologi
Pesatnya perkembangan Teknologi menuntut semua
orang untuk bergerak cepat dan merubah gaya hidupnya menjadi lebih modern. Pun
tak terkecuali dengan dunia pendidikan. Para guru dituntut untuk menerapkan
pembelajaran modern yang kekinian sesuai dengan perkembangan zaman. Mereka
diminta melek teknologi dan bisa mengintegrasikannya sebagai media
pembelajaran. Sebagian guru dapat berkreasi dan berinovasi menggunakan
teknologi sehingga pembelajaran pun menjadi lebih menarik bagi siswa. Namun,
sebagian guru lain hanya mentok pada penggunaan power point saja, sekedar
memenuhi tuntutan “menggunakan teknologi”. Sayangnya, power point pun hanya
sekedar digunakan untuk menayangkan tulisan-tulisan materi ajar yang disalin
dari buku pegangan guru, lalu siswa tetap berperan sebagai pendengar pasif bagi
guru yang sedang membacakan materi. Padahal, menurut salah satu Pengembang Teknologi Pembelajaran
Pustekkom Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Uwes Anis
Chaeruman, Pembelajaran modern bukan berarti menggunakan teknologi modern.
Walaupun tanpa teknologi modern, guru harus mampu membuat siswa berpikir
kritis. Maka, guru harus bisa membuat model pembelajaran dengan sumber belajar
seadanya,". Dengan demikian, pembelajaran modern bukanlah tentang
penggunaan alat-alat teknologi, melainkan konsep pebelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk aktif dan mampu berpikir kritis. Selain itu, ketika seorang guru
menggunakan teknologi untuk mengajar, maka teknologi tersebut harus benar-benar
menjadi media yang membantu siswa untuk memahami konsep materi dengan lebih
mudah.
Untuk pembelajaran Bahasa Inggris, integrasi teknologi dalam
pembelajaran seperti penggunaan video dan animasi memang sangat membantu siswa
untuk memahami materi yang tengah dibahas. Namun, terkadang, sebagian guru
mengeluhkan kondisi sekolah yang tidak memungkinkan untuk menggunakan media
teknologi. Benar, tak bisa disangkal bahwa pesebaran teknologi, atau bahkan
listrik pun belum betul-betul merata, khususnya di daerah-daerah pedalaman
Lampung. Di satu sisi hal tersebut menjadi masalah, dan di sisi lain justru
menjadi tantangan bagi guru untuk membuat siswa aktif dan mampu berpikir secara
kritis tanpa menggunakan media tekologi.
Kembali dalam pembelajaran Bahasa Inggris, ketika teknologi tidak bisa
diandalkan untuk menyampaikan materi pembelajaran, para guru masih bisa
memanfaatkan media lain seperti kertas warna-warni, papan tulis, buku, dan
permainan. Contohnya, untuk mengajarkan materi tentang niat melakukan sesuatu
di masa yang akan datang (future tense menggunakan “will” dan “be going to”),
kita bisa menggunakan pohon harapan yang terbuat dari kertas warna warni. Guru
juga bisa membagikan beberapa kata kepada setiap siswa dan kemudian meminta
siswa untuk menempelkan di bagan sekaligus mengkategorikan apakah kata tersebut
merupakan kata benda, kerja, atau sifat. Permainan seperti scrabble atau
sekedar tebak kata juga bisa digunakan untuk meningkatkan vocabulary siswa. Dan
tentunya, kegiatan yang sering dianggap konvensional, yaitu praktik berdialog
antar siswa juga sebenarnya masih sangat baik dilakukan dalam pembelajaran
Bahasa Inggris. Hanya saja, kemasannya harus lebih menarik. Misalnya, siswa
diminta secara kreatif memeragakan dialog menggunakan property, membuat dialog
dalam konteks sehari-hari dan digabungkan dengan imajinasi mereka, dll. Itu
sekedar contoh saja. Penerapan pada pembelajaran lengkapnya akan diposting pada tulisan-tulisan berikutnya
agar dapat digunakan sebagai refrensi dan kemudian dikembangkan oleh para guru
atau pembaca sekalian.
Siswa membuat Pohon Rencana Untuk Menerapkan Future Tense. |
Siswa berlatih sebelum memperagakan dialog di depan kelas. |
Siswa bermain scrabble untuk menambah kosakata. |
0 komentar: